Kamis, 28 Oktober 2010

Semantik

A.Pengertian Semantik
Semantik dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Yunani ‘sema’ (kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah ‘semaino’ yang berarti ‘menandai’ atau ‘melambangkan’.Yang dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda linguistik (Perancis : signe linguistigue).
Menurut ferdinan de saussure (1966), tanda lingustik terdiri atas :
1.Komponen yang mengartikan, yang berwujud bunyi bahasa.
2.Komponen yang diartikan atau makna dari komponen pertama.
Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambangkan adalah sesuatu yang berada di luar bahasa, yang lazim disebut sebagai referen atau acuan atau hal yang ditunjuk.
Jadi, ilmu semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya atau ilmu yang mempelajari tentang makna atau arti. Istilah semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik daripada istilah untuk ilmu makna lainya, seperti semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik. Ini dikarenakan istilah-istilah yang lainya itu mempunyai cakupan objek yang cukup luas, yakni mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda lalu lintas, morse, tanda matematika, dan juga tanda-tanda lain. Sedangkan batasan cakupan dari semantik adalah makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.

B.Unsur-unsur Semantik
1.Tanda
a)Tanda yang ditimbulkan oleh alam, diketahui karena pengalamannya. Misalnya :
-Hari mendung tanda akan turun hujan.
-Hujan terus menerus dapat menimbulkan banjir.
-Banjir dapat menimbulkan wabah penyakit dan kelaparan.
b)Tanda yang ditiumbulkan oleh binatang, diketahui manusia dari suara binatang tersebut, misalnya :
-Anjing menggonggong tanda orang masuk halaman.
-Kucing bertengkar (meong) dengan ramai suaranya, tandanya ada wabah penyakit atau keributan.
c)Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, tanda ini dibedakan atas :
-Yang bersifat ferbal :
adalah : tanda yang dihasilkan manusia melalui alat-alat berbicara.
-Yang bersifat non verbal digunakan : manusia untuk berkomunikasi sama halnya dengan tanda verbal.
Tanda verbal dibedakan atas :
(1)Tanda yang dihasilkan oleh anggota badan atau dikenal sebagai bahasa isyarat, contoh :
-Acungan jempol bermakna hebat, bagus.
-Mengangguki bermakna ya, menghormat.
(2)Tanda yang dihsilkan melalui bunyi atau suara :
Misalnya :
-Bersiul bermakna gembira, memanggil, ingin kenal.
-Menjerit bermakna sakit, minta tolong.
2.Lambang atau Simbol
Lambang menurut Plato kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna, adalah objek yang kita hayati di dunia, berupa rujukan yang ditunjuk oleh lambang tersebut, hubungan lambang dengan bahasa dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang terdiri atas tanda dan lambang. Lambang-lambang ini memiliki bentuk makna, atau dikatakan memiliki expressins and contents signifier dan signified.
Signifiant (signifier) yang menandai (citra bunyi) misalnya : pohon (p-o-h-o-n)
Si
Signifie (signified) yang ditandai (pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran
Jadi :hubungan antara signifiant dan signifie bersifat arbiter atau embarang saja, dengan kata lain, tanda bahasa (signe linguistique atau signe) bersifat arbiter. Dan signifiant bersifat linier, unsur-unsurnya membentuk satu rangkaian.
C.Jenis Semantik
1.Semantik Leksikal
Semantik leksikal adalah kajian semantik yang lebih memusatkan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Semantik leksikal menyelidiki makna yang ada pada leksem dari bahasa. Oleh karena itu, makna yang ada pada leksem disebut makna leksikal. Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yamg sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Misalnya kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyababkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus, kata tikus dalam kalimat itu jelas merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain.tetapi dalam kalimat yang menjadi tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam bukanlah dalam kalimat leksikal karena tidak merujuk kepada binatang tikus melainkan kepada seorang manusia yang perbuatannya mirip dengan perbuatan tikus.
2.Semantik Gramatikal
Semantik gramatikal adalah studi semantik yang khusus mengkaji makna yang terdapat dalam satuan kalimat.atau kajian semantik yang memaknai kata yang ada di dalam struktur baik kata yang ada dalam struktur klausa maupun kalimat. Misalnya kata tutup usia pada kalimat mantan Presiden soekarno tutup usia di Blitar dan pada kalimat kambing itu tutup usia di kebun. Makna kata tutup usia pada kalimat yang pertama yaitu wafat sedangkan pada kailmat yang kedua yaitu mati. Jadi, makna sebuah kata baik kata dasar muapun kata jadian sering sangat bergantung pada konteks kalimat atau konteks situasi, maka makna gramatikal ini sering juga disebut makna kontekstual atau makna situasional. Selain itu bisa juga disebut makna struktural karena proses dan satuan-satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan.
3.Semantik Pragmatik
Semantik pragmatik adalah bidang studi semantik yang mempelajari makna ujaran yang sesuai dengan konteks situasinya. Misalnya ujaran sudah hampir pukul dua belas, bila diucapkan oleh seorang ibu asrama mahasiswa puteri pada malam hari kepada si Joni, akan berbeda maknanya bila diucapkan oleh seorang Kiayi di pesantren kepada para sateri disiang hari, dan akan berbeda pula bila diucapkan oleh seorang pegawai kantor kepada rekanya di siang hari. Makna apa yang dimaksud oleh ujaran itu pada ketiga situasi tersebut, tentu Anda dapan memahaminya.
D.Manfaat Semantik
Manfaat semantik dalam penelitian bahasa, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis untuk dapat menganalisis bahasa atau bahasa-bahasa yang sedang mempelajarinya. Bagi seorang guru, semantik dapat memberi manfaat sebagai teoritis dan juga manfaat praktis.
Manfaat teoritis karena dia sebagai guru bahasa harus pula mempelajari dengan sungguh-sungguh akan bahasa yang dijarkannya. Sedangkan manfaat praktis akan diperolehnya berupa kemudahan bagi dirinya dalam mengajarkan bahasa itu kepada murid-muridnya.
E.Hubungan Semantik dengan Tataran Ilmu Sosial lain
Berlainan dengan tataran analisis bahasa lain, semantik adalah cabang ilmu linguistik yang memiliki hubungan dengan ilmu sosial,seperti sosiologi dan antropologi.
1.Semantik dan Sosiologi
Semantik berhubungan dengan sosiologi dikarenakan seringnya dijumpai kenyataan bahwa penggunaan kata tertentu untuk menyatakan sesuatu dapat menandai identitas kelompok penuturnya.
Contoh : Penggunaan atau pemilihan kata ‘cewek’ atau ‘wanita’ akan dapat menunjukan identits kelompok penuturnya. Kata ‘cewek’ identik dengan kelompok anak muda, sedangkan kata ‘wanita’ terkesan lebih sopan, dan identik dengan kelompok orang tua yang lebih mengedepankan kesopanan.
2.Semantik dan Antropologi
Semantik dianggap berkepentingan dengan antropologi karena analisis maknan pada sebuah bahasa, melalui pilihan kata yang dipakai penuturnya akan dapat menjanjikan klasifikasi praktis tentang kehidupan budaya penuturnya.
Contoh : Penggunaan atau pemilihan kata ‘ngelih’ atau ‘lesu’ yang sama-sama berarti ‘lapar’ dapat mencerminkan budaya penuturnya.karena kata ‘ngelih’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat Jogjakarta,sedangkan kata ‘lesu’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat untuk daerah Jombang.
Dalam analisis semantik, bahasa bersifat unik dan memiliki hubungan yang erat dengan budaya masyarakat penuturnya. Maka, suatu hasil analisis pada suatu bahasa tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain. Contohnya penutur bahasa Inggris yang menggunakan kata ‘rice’ pada bahasa Inggris yang mewakili nasi, beras, gabah, dan padi.
Kata ‘rice’ akan mewakili makna yang berbeda dalam masing-masing konteks yang berbeda dapat bermakna nasi, gabah, atau padi. Tentu saja penutur bahasa inggris hanya mengenal ‘rice’ untuk menyebut nasi, beras, gabah, dan padi. Itu dikarenakan mereka tidak memiliki budaya mengolah padi, gabah, beras, dan nasi.
Kesulitan lain dalam menganalisis makan adalah adanya kenyataan bahwa tidak selalu penanda dengan referennya memiliki hubungan satu lawan satu.yang artinya setiap tanda linguistik tidak selalu memiliki satu makna. Adakalnya satu tanda linguistik memiliki dua acuan atau lebih. Dan sebaliknya dua tanda linguistik dapat memiliki satu acuan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2003. Semantik : Pengantar Studi tentang Makna. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Padeta, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta.

1 komentar:

  1. Coin Casino - Play at Online Casinos with $25 FREE
    Play our no 제왕 카지노 deposit casino bonus for real money and get 인카지노 a $25 worrione free bonus for your first three deposits. Use promo codes CHIP CHIP CASH.

    BalasHapus